Penantian Yang Tertunda
Angin berhembus
perlahan seakan ikut menemaniku dalam kesunyian yang tak berujung dalam
penantianku yang tak kunjung usai ini. Aku menunggu seseorang yang tidak pernah
datang. Namun mengapa aku tetap menunggunya hingga kesunyian menghampiriku.
Ingin rasanya aku berteriak namun tak dapat ku lakukan karena diriku tak mampu
melakukannya. Seiring waktu berlalu bosan pun seakan memaksa aku untuk
dihampirinya. Rasa kesal dan marah menjadi satu seakan ingin rasanya mereka
memaksaku untuk menunda penantianku itu. Setan-setan pun ikut menggodaku.
Mereka manggoda tanpa henti-hentinya. Mereka memaksaku untuk peninggalkan orang
yang aku nanti namun tidak datang juga.
Seakan mereka berbisaik di telingaku “ untuk apa kau melakukan ini !!!!
untuk apa kau menunggu seseorang tak tahu pasti kapan datangnya!!!! Untuk apa
kau melakukannya dan membuang waktu dengan sia-sia !!! lebih baik kau melakukan
kegiatan yang bermanfaat !!!”. mereka terus bwrlomba untuk menggodaku seakan
tidak mau menyerah. Namun aku sudah berjanji untuk tidak meninggalkannya. Waktu
terus berjalan, jam berganti jam, hari berganti hari, bulan berganti bulan,
tahun berganti tahun. Tak terasa aku menantinya sudah hampir 5 tahun namun iya
tak datang juga. Ini adalah bulan terakhir dalam 5 tahun ini dan akan memasuki
6 tahun aku menantinya. Terus waktu berjalan tanpa hentinya tanpa ada rasa
lelah dan seakan iya berlari terus berlari kencang. dan mereka tetap saja
menggodaku dan berusaha agar aku menyerah. Dan akhirnya aku pun menyerah. Dan
penantianku itu tertunda juga. Mereka bersorak dengan gembiranya seakan menang
dariku. Dan setelah 6 tahun berlalu aku pun sudah mulai melupakan penantianku
tersebut aku mulai hidup berfoya-foya mengikuti perkataan temanku yang dulu
pernah menang merayuku. Dan pada bulan ke 6 di tahun ke enam aku melakukan
penantian itu akhirnya dia datang menjemputku dan dia merasa sangat kesal
dengan diriku kenapa aku bisa melupakannya dan hidup dengan keadaanku seperti
saat ini. Ternyata aku pun meninggal dengan keadaan hina. Malaikat maut mendatangiku
dengan rasa kecewa terhadapku. Kenapa aku tidak bisa bersabar sedikit lagi
untuk menantinya dan menyambutnya dengan rasa senang malah ku tunda penantianku
yang merupakan ibadahku selama ini. Aku rela meninggalkan ibadahku ini hanya
untuk menikmati dunia yang fana ini.
The
End
0 komentar:
Posting Komentar