Selasa, 12 Maret 2013

Penantian Yang Tertunda


Penantian Yang Tertunda


                Angin berhembus perlahan seakan ikut menemaniku dalam kesunyian yang tak berujung dalam penantianku yang tak kunjung usai ini. Aku menunggu seseorang yang tidak pernah datang. Namun mengapa aku tetap menunggunya hingga kesunyian menghampiriku. Ingin rasanya aku berteriak namun tak dapat ku lakukan karena diriku tak mampu melakukannya. Seiring waktu berlalu bosan pun seakan memaksa aku untuk dihampirinya. Rasa kesal dan marah menjadi satu seakan ingin rasanya mereka memaksaku untuk menunda penantianku itu. Setan-setan pun ikut menggodaku. Mereka manggoda tanpa henti-hentinya. Mereka memaksaku untuk peninggalkan orang yang aku nanti namun tidak datang juga.  Seakan mereka berbisaik di telingaku “ untuk apa kau melakukan ini !!!! untuk apa kau menunggu seseorang tak tahu pasti kapan datangnya!!!! Untuk apa kau melakukannya dan membuang waktu dengan sia-sia !!! lebih baik kau melakukan kegiatan yang bermanfaat !!!”. mereka terus bwrlomba untuk menggodaku seakan tidak mau menyerah. Namun aku sudah berjanji untuk tidak meninggalkannya. Waktu terus berjalan, jam berganti jam, hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Tak terasa aku menantinya sudah hampir 5 tahun namun iya tak datang juga. Ini adalah bulan terakhir dalam 5 tahun ini dan akan memasuki 6 tahun aku menantinya. Terus waktu berjalan tanpa hentinya tanpa ada rasa lelah dan seakan iya berlari terus berlari kencang. dan mereka tetap saja menggodaku dan berusaha agar aku menyerah. Dan akhirnya aku pun menyerah. Dan penantianku itu tertunda juga. Mereka bersorak dengan gembiranya seakan menang dariku. Dan setelah 6 tahun berlalu aku pun sudah mulai melupakan penantianku tersebut aku mulai hidup berfoya-foya mengikuti perkataan temanku yang dulu pernah menang merayuku. Dan pada bulan ke 6 di tahun ke enam aku melakukan penantian itu akhirnya dia datang menjemputku dan dia merasa sangat kesal dengan diriku kenapa aku bisa melupakannya dan hidup dengan keadaanku seperti saat ini. Ternyata aku pun meninggal dengan keadaan hina. Malaikat maut mendatangiku dengan rasa kecewa terhadapku. Kenapa aku tidak bisa bersabar sedikit lagi untuk menantinya dan menyambutnya dengan rasa senang malah ku tunda penantianku yang merupakan ibadahku selama ini. Aku rela meninggalkan ibadahku ini hanya untuk menikmati dunia yang fana ini.
The End   

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo