Kamis, 07 Juni 2012

Ruaya Ikan dan Makanisme Pertahanan Diri Terhadap Perubahan Lingkungan


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
          Pemanfaatan sumberdaya laut yang masih belum sempurna memaksa kita untuk berpikir agar mampu menggarapnya dengan baik, efektif dan efesien. Nelayan-nelayan di Indonesia pada umumnya masih menggunakan alat tangkap tradisional yang minimalis, contohnya: alat pancing, perahu layar atau sampan dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan suatu keterbatasan, jadi wajar saja jika mereka belum mampu berlayar ke Samudera atau pun Laut lepas.
          Kita tidak perlu menyalahkan dengan alat apa mereka menangkap atau pun cara mengopersikannya. Di sini kita mesti jeli dalam menggarap atau ketika akan melakukan operasi penangkapan. Kita harus tahu dimana kita menangkap dan dimana ikan yang akan kita tangkap itu berada. Tidak selamanya ikan akan tetap berdiam di suatu kawasan (fishing ground) dalam waktu dan kondisi yang sama. Ikan memiliki tingkah laku dan kebiasaan yang bebeda-beda baik dari segi waktu dan kondisi di sekitarnya.
          Manusia semakin maju dan berkembang. Manusia terus menggali potensi tersebut dengan ilmu-ilmu baru yang bertujuan untuk memudahkan pemanfaat sumber daya laut tersebut. Pemanfaatan sumberdaya ikan sidat hingga saat ini masih merupakan usaha penangkapan dari perairan umum untuk memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi. Ketersediaan ikan ini di pasaran baik kontinuitas maupun kuantitas tidak dapat dijamin dan sangat tergantung dari keberhasilan usaha penangkapan di alam.
          Dengan mempelajari tingkah laku ikan-ikan ini kita mampu menggarap hasil yang memuaskan. Ikan sidat masih dapat ditangkap dengan alat tangkap tradisional yang minimalis.
B. Tujuan
Makalah ini bersifat terbuka akan masukan yang konstruktif, diharapkan dengan adanya laporan ini setiap mahasiswa dapat:
1.      Mengetahui tingkah laku ikan sekligus sebarannya pada musim-musim tertentu
2.      Mampu mengaplikasikan penangkapan ikan dengan efektif dan efisien
3.      Mampu mengembangkan teknik dan cara penangkapan ikan ditinjau dari segi tingkah laku ikan
4.      Menjaga kelestarian populasi ikan dengan mengetahui fase reproduksi ikan tersebut.
5.      Mengetahui mekanisme pertahanan diri terhadap perubahan suatu lingkungan








 

II. PEMBAHASAN

A.      Kegiatan Ruaya Ikan
          Ruaya merupakan satu mata rantai daur hidup bagi ikan untuk menentukan habitat dengan kondisi yang sesuai bagi keberlangsungan suatu tahapan kehidupan ikan. Studi mengenai ruaya ikan menurut Cushing(1968) merupakan hal yang fundamental untuk dunia perikanan karena dengan mengetahui lingkaran ruaya ikan akan diketahui daerah dimana stok atau sub populasi itu hidup. Ruaya ini mempunyai arti penyesuaian, peyakinan terhadap kondisi yang menguntungkan untuk eksistensi dan untuk reproduksi spesies.
          Menurut Chimit (1960) dalam Effendie (1997) tidak semua ikan melakukan ruaya. Ada ikan bukan peruaya yaitu ikan yang tidak pernah meninggalkan habitatnya. Ikan peruaya pada waktu tertentu meninggalkan habitatnya untuk melakukan aktivitas tertentu, sehingga ada beberapa spesies ikan mempunyai daerah ruaya yang berbeda baik secara musiman maupun pada tahapan perkembangan hidup.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan ruaya ikan yaitu :
  1. Amfibiotik : ikan yang beruaya dari air laut ke air tawar atau sebaliknya.
  2. Holobiotik : ikan yang tidak melakukan ruaya selama hidupnya tinggal di air tawar atau di air laut saja. Namun ada beberapa menjadi peruaya.
  3. Diadrom : ikan melakukan ruaya untuk berpijah
  4. Amfidrom : ikan beruaya untuk mencari makanan
  5. Potamodrom : ikan yang hidup dan beruaya di perairan tawar saja termasuk sungai dan danau
  6. Oseanodrom : ikan yang hidup di laut dan beruaya di laut.
  7. Batidrom : ikan yang beruaya di perairan dalam
  8. Brakheadrom : ikan yang beruaya di perairan dangkal
  9. Katadrom : ikan yang beruaya dari air tawar ke laut hanya untuk berpijah
  10.  Anadrom : ikan yang beruaya dari laut ke air tawar untuk berpijah
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ruaya ikan adalh sebagai berikut :
·      Faktor Eksternal
A.    Bimbingan Ikan Yang Lebih Dewasa
          Ikan mampu melakukan migrasi untuk kembali ke daerah asal karena adanya bimbingan dari ikan yang lebih tua. Contoh: migrasi ikan herring Norwegia atau ikan Cod laut Barents, ikan lebih tua cenderung tiba di tujuan lebih dulu dari pada ikan muda
B.     Bau Perairan
          Ikan anadromous mampu bermigrasi ke daerah asal dengan melalui beberapa cabang sungai, kemampuan memilih cabang sungai yang benar diduga dilakukan dengan mengenali bau-bauan bahan organik yang terdapat dalam sungai. Contoh: Ikan salmon mampu mengenali bau morpholine dengan konsentrasi 1 x 10-6ppm, jika suatu cabang sungai diberi larutan morpholine, maka ikan salmon akan masuk ke cabang sungai tadi. Hal ini menunjukkan bahwa ikan menggunakan indera pencium untuk bermigrasi ke daerah asalnya.
C.     Suhu
          Fluktuasi suhu dan perubahan geografis merupakan faktor penting yang merangsang dan menentukan pengkonsentrasian serta pengelompokkan ikan. Suhu akan mempengaruhi proses metabolisme, aktifitas erakan tubuh dan berfungsi sebagai stimulus saraf.  Contoh: suhu permukaan yang disukai ikan cakalang berkisar 160-260C, sedangkan suhu tinggi merupakan faktor penghambat bagi ikan salmon untuk bermigrasi (pada suhu 240C tidak ada ikan salmon yang bermigrasi).
D.    Salinitas
          Ikan cenderung memilih medium dengan salinitas yang lebih sesuai dengan tekanan osmotik tubuh mereka masing-masing. Perubahan salinitas akan merangsang ikan untuk melakukan migrasi ke tempat yang memiliki salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya. Contoh: Seriola qiuqueradiata menyukai medium dengan salinitas 19 ppt, sedangkan ikan cakalang menyukai perairan dengan kadar salinitas 33-35 ppt.
E.     Arus Pasang Surut
          Arus akan mempengaruhi migrasi ikan melalui transport pasif telur ikan dan juvenil dari daerah pemijahan menuju daerah asuhan dan mungkin berorientasi sebagai arus yang berlawanan pada saat spesies dewasa bermigrasi dari daerah makanan menuju ke daerah pemijahan. Ikan dewasa yang baru selesai memijah juga memanfaatkan arus untuk kembali ke daerah makanan. Pasang surut di perairan menyebabkan terjadinya arus di perairan yang disebut arus pasang dan arus surut.
F.          Intensitas Cahaya
          Perubahan intensitas cahaya sangat mempengaruhi pola penyebaran ikan, tetapi respon ikan terhadap perubahan intensitas cahaya dipengaruhi oleh jenis ikan, suhu dan tingkat kekeruhan perairan. Ikan mempunyai kecenderungan membentuk kelompok kecil pada siang hari dan menyebar pada malam hari.
G.    Musim
Musim akan mempengaruhi migrasi vertikal dan horisontal ikan, migrasi ini kemungkinan dikontrol oleh suhu dan intensitas cahaya. Ikan pelagis dan ikan demersal mengalami migrasi musiman horisontal, mereka biasanya menuju ke perairan lebih dangkal atau dekat permukaan selama musim panas dan menuju perairan lebih dalam pada musim dingin.
H.    Matahari
Ikan-ikan pelagis yang bergerak pada lapisan permukaan yang jernih kemungkinan besar menggunakan matahari sebagai kompas mereka, tetapi hal ini mungkin tidak berlaku bagi ikan-ikan laut dalam yang melakukan migrasi akibat pengaruh musim.
I.  Pencemaran Air Limbah
Pencemaran air limbah akan mempengaruhi migrasi ikan, penambahan kualitas air limbah dapat menyebabkan perubahan pola migrasi ikan ke bagian hulu sungai. Contoh: ikan white catfish pada musim pemijahan banyak terdapat didaerah muara, padahal biasanya ikan ini memijah di hulu sungai. Tetapi migrasi mereka terhalang oleh air limbah di hulu sungai.

·           Faktor Internal
A.    Kematangan Gonad
          Kematangan gonad diduga merupakan salah satu pendorong bagi ikan untuk melakukan migrasi, meskipun bisa terjadi ikan-ikan tersebut melakukan migrasi sebagai proses untuk melakukan pematangan gonad.
B.     Kelenjar-Kelenjar Internal
          Migrasi ikan Cod di laut Barent dikontrol oleh kelenjar tiroid yang berada di kerongkongan, kelenjar tersebut aktif pada bulan September yang merupakan waktu pemijahan ikan Cod.
C.     Insting 
          Ikan mampu menemukan kembali daerah asal mereka meskipun sebelumnya ikan tersebut menetas dan tumbuh di daerah yang sangat jauh dari tempat asalnya dan belum pernah melewati daerah tersebut, kemampuan ini diduga berasal dari faktor insting.
D.    Aktifitas Renang
          Aktifitas renang ikan meningkat pada malam hari, kebanyakan ikan bertulang rawan (elasmobranch) dan ikan bertulang keras (teleost) lebih aktif berenang pada malam hari daripada di siang hari. Pola distribusi, migrasi, daya pulih dan daya adaptasi ikan terhadap perubahan lingkungan merupakan landasan bagi upaya pelestarian sumberdaya ikan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan jumlah beban masukan bahan organik maupun inorganik ke suatu perairan agar tidak melebihi daya adaptasi dan mengganggu siklus hidup suatu jenis ikan.
B.       Makanisme Pertahanan Diri Terhadap Perubahan Lingkungan
          Mekanisme pertahanan diri terhadap perubahan lingkungan adalh dengan beradaptasi adapun penertian dari adaptasi itu sendiri adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Stress terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan mengancam fisik atau psikologisnya. Peristiwa stress di sebut stressor.
          Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
          Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi. Adaptasi pada ikan ada 3 jenis yaitu sebagai berikut :



1.        Adaptasi Morfologi
          Adaptasi morfologi merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup yang memperlihatkan perubahan bentuk dan struktur tubuh.

Ciri adaptasi hewan air :
Ø  Tubuhnya berbentuk torpedo (stream line).
Contohnya :
http://dhamadharma.files.wordpress.com/2010/04/new-picture-2.png?w=346&h=159
Add caption
Gambar 1. Tuna – Very Streamline
http://dhamadharma.files.wordpress.com/2010/04/new-picture-3.png?w=352&h=203
Gambar 2. Bentuk Tubuh Streamline Pada Ikan Hiu

Ø  Permukaan tubuh licin karena berlendir.
Ø  Anggota gerak tubuh berupa sirip.
2.    Adaptasi Fisiologi
          Adaptasi fisiologi merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungan sekitarnya yang memperlihatkan perubahan sistem metabolisme dalam tubuhnya.
Ciri adaptasi hewan air :
Tabel 1. Perbedaan Ikan Air Laut dan Ikan Air Tawar
Ikan air  laut
Ciri adaptasi
Ikan air tawar
Sedikit
Pengeluaran urine
Banyak
Pekat
Urine yang diekskresikan
Encer
Banyak
Minum air
Sedikit
Lebih rendah dari pada air laut
Tekanan osmosis sel tubuh ikan
Lebih tinggi dari pada air tawar
Lebih tebal
Dinding sel tubuh
Laebih tipis
3.    Adaptasi Tingkah Laku
          Adasptasi tingkah laku merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungannya dengan cara memperlihatkan tingkah laku.


Ciri adaptasi hewan air :
  1. Pengeluaran tinta pada Cumi-cumi untuk penyelamatan diri.
  2. Munculnya ikan Paus ke permukaan air untuk menghirup Oksigen setiap 30 menit sekali.
http://dhamadharma.files.wordpress.com/2010/04/new-picture-4.png?w=302&h=164
Gambar 3. Cumi – Cumi Dapat Mengeluarkan Tinta Untuk Pertahanan Diri
  1. Migrasi pada ikan Salmon untuk melakukan reproduksi (bertelur) di daerah air tawar.

Gambar 4. Migrasi Ikan Salmon Ke Sungai Untuk Bereproduksi
Berikut merupakan factor – factor yang menentukan adaptasi hewan air :
1.        Salinitas/kadar garam perairan
          Masing-masing perairan memiliki salinitas yang berbeda,seperti di air tawar salinitasnya adalah 0,06%  sedangkan air laut salinitasnya 3,5 %. Salinitas akan mempengaruhi perbedaan tebal-tipisnya lapisan kulit, tingkah laku, susunan atau fungsi organ tubuh organisme perairan.
2.        Kedalaman air
          Semakin dalam suatu perairan makasemakin besar/tinggi pula tekanan yang terjadi. Mempengaruhi intensitas cahaya yang diperoleh individu.Semakin dalam maka semakin sedikit cahaya yang diperoleh.
Contohnya :
Ø Ikan Pari dengan tubuh pipih dan lebar.
Ø Ikan Cucut dengan tubuh langsing.
Ø Gurat sisi/linea lateralis pada tubu ikan.
Ø Gelembung udara pada tubuh ikan untuk dapat turun dan naik pada perairan.
3.        Intensitas cahaya
          Semakin keruh dan dalam suatu perairan maka intensitas cahaya yang masuk semakin sedikit/rendah. Mempengaruhi suhu air dan aderajat fotosintesis. Dibagi menjadi 3 daerah yaitu daerah fotik, daerah perbatasan (remang-remang), daerah afotik. Semakin kearah daerah afotik makam intensitas cahaya yang masuk perairan akan semakin berkurang.  Hal ini akan mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya.
4.        Kadar Oksigen
          Daerah permukaan kadar oksigenlebih banyak dibandingkan dengan daerah di bawahnya. Semakin keruh suatu perairan maka kadar oksigen semakin berkurang/rendah.
Ciri adaptasinya adalah :
Ø Perluasan labirin.
Ø Munculnya ikan ke permukaan
Ø Tubuh ikan ramping dan berlendir.
Ø Tumbuhan Algae banyak memiliki kantung/gelembung udara untuk mengapung.
          Ada beberapa adaptasi nekton dalam ekosistem di laut diantaranya yaitu, daya apung organisme nekton, daya penggerak, hambatan permukaan serta bentuk tubuh, system pertahanan diri yang dimiliki oleh masing – masing organisme nekton, reproduksi, dan juga migrasi nekton tersebut.




III. PENUTUP
          Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ikan melakukan ruaya karena dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu begitu pula dengan pertahanan dirinya.


















DAFTAR PUSTAKA
Adrim, M., I. Chen, Z. Chen, K.K.I. Lim, H.H. Tan, Y. Yusof and Z. Jafaar, 2004. Marine Fishes Recorded from the Anambas and Natuna Islands, Sout China Sea. The Raffles Bulletin of Zoology (11) : 117-130.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hutabarat, S dan M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta
Laevastu, F dan Hayes.1981. Fisheries Oceanography. Fishing News (books)


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo